Mengerjakan trading saham di pasar saham memang gampang-gampang susah. Tetapi, bila Anda ketahui taktiknya, pasti melakukan investasi di pasar modal akan gampang dilaksanakan, plus mendapatkan keuntungan sesuai harapan yang diharap.
Founder WH Project sekaligus riset Panin Sekuritas William Hartanto mengutarakan, trading akan memberikan keuntungan saat investor ketahui kapan waktu yang tepat untuk beli dan jual saham.
Dia mengutamakan keutamaan analitis saat sebelum beli saham, sebagai senjata untuk meminimalisir rugi.
“Trading itu dapat memberikan keuntungan banget jika kita mengetahui triknya. Jika hanya tahu emiten itu bagus, tetapi belinya tidak on time, karena itu emiten bagus bisa saja buruk dari segi harga. Jika tahu waktu yang tepat, kita dapat meminimalisir resiko,” kata William lewat virtual, Sabtu (28/8/2021).
Menurut William, pemakaian analitis teknikal, orientasinya ialah periode pendek. Ia katakan, lewat analitis teknikal, semua saham dapat diikuti gerakannya.
Berbeda dengan analitis esensial yang memakai pemikiran neraca keuangan untuk menghitung kelayakan suatu saham.
“Riset teknikal disamping orientasinya jangka pendek, satu diantara keuntungannya ialah saham apa saja dapat kita turuti karena yang perlu ialah trendingnya, dan naik atau tidak harga saham, serta transaksi bisnisnya dapat selesai sehari,” terangnya.
Ia menggarisbawahi, bila seorang investor dapat ikuti trend secara baik, bukanlah hal yang aneh bila investor itu bisa juga mendapatkan saham yang naik pada hari yang serupa.
Ini menurutnya benar-benar biasa terjadi di pasar modal, di hari awal listing ada saham yang naik tinggi sampai auto rejection atas (ARA) dan alami pengurangan yang berarti sampai sentuh batasan auto rejection bawah (ARB).
“Jika berbicara trend, semua saham dapat kita ikuti. Perbedaannya analitis teknikal dan esensial yakni langkah menghitung sasaran harga. Ibaratnya kapal, kapal bocor-pun dapat diikuti oleh mereka yang memakai analitis teknikal, yang perlu ada agenda berangkatnya.
Sama dengan saham, yang perlu ada momen atau tanda-tanda akan naik, meskipun secara esensial saham itu dipandang buruk,” terangnya.
Sebagai contoh, akhir-akhir ini beberapa saham seperti bank digital dan tehnologi, secara esensial tidak ada yang menyukai, karena masih mencatat rugi. Tapi, jika berbicara harga saham naik, itu ialah teknikal dengan manfaatkan momen.
“Sehingga kita memakai diagram untuk menghitung dan memandang sasaran harga. Analisis trend dilaksanakan untuk menyaksikan kekuatan pengokohan atau pelemahan,” tutur ia.
Di lain sisi, analitis teknikal tidak mengenali nilai lumrah. Menurutnya, bisa jadi jika saham dalam valuasi yang terlampau mahal dan performa neraca keuangan yang tidak untung dipandang tidak pantas.
Tetapi, secara teknikal sepanjang dipandang terang dan memungkinkannya dilaksanakan trading periode pendek, itu dipandang lumrah pada akhirannya.
“Lain dengan analitis esensial yang memandang jika makin rendah harga saham yang berfindamental baik, misalkan karena masih cetak keuntungan terus, itu ialah kesempatan. Sedangakn analitis teknikal, tidak dapat semacam itu.
Karena kita berbicara momen apabila momentumnya usai kita harus melepaskan saham itu baik karena keuntungan atau cut loss harus dilaksanakan pada akhirannya,” tutur ia.
Di lain sisi, saat investor lakukan Analisis teknikal yang keliru, dan harga sahamnya turun, William tidak merekomendasikan untuk investor mendadak berpindah ke Analisis esensial dengan masih tetap lakukan ‘hold’ pada saham itu.
“Saat Anda memberli saham dengan analitis teknikal plan-nya salah, lantas mulai ke esensial, berpikiran saham ini esensialnya bagus. ‘Biarpun kembali nyangkut tidak apapun di diletakkan’. Itu tidak dianjurkan.
Karena, tuliskan bicara teknikal, kita bermain pada momen, dan jika momentumnya usai sudah, trendingnya harus turun, ya kita harus terlepas saham itu,” sambungnya.