Startup Marketplace UMKM Indonesia “ULA” Raih Pendanaan Rp 290 Miliar

Azza Azzahra

Startup Marketplace UMKM Indonesia ULA

Startup Marketplace Ula raih permodalan seri A US$ 20 juta atau sekitaran Rp 290 miliar. Perusahaan rintisan yang fokus sediakan jalan keluar untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) ini juga merencanakan pengembangan.

Permodalan itu dipegang oleh Quona Capital dan B Capital Grup. Investor yang lain berperan serta yaitu Lightspeed India dan Sequoia Capital India.

Pada tahun kemarin, Lightspeed dan Sequoia jadi investor khusus dalam permodalan tahapan awalnya Ula US$ 10,lima juta atau Rp 148 miliar.

Co-Founder sekaligus CEO Ula Nipun Mehra menjelaskan, permodalan baru itu akan dipakai untuk mensukseskan gagasan pengembangan. Disamping itu, untuk peningkatan produk dan mengeluarkan service baru.

Startup yang berdiri awalnya 2020 itu sediakan pelayanan marketplace dan modal usaha untuk UMKM. Pelaku usaha bisa juga mendapat barang dagangan melalui Ula, dengan pilihan pengantaran dan pembayaran diputuskan langsung di platform.

Ula mengarah dengan fragmen UMKM karena kekuatannya dipandang besar. “Peritel kecil atau UMKM benar-benar terpadu dengan ekonomi dan budaya Indonesia,” kata Nipun dalam tayangan jurnalis, Kamis (28/1).

warung rata-rata berperan nyaris 80% di negara berkembang. Di Indonesia, nilainya diprediksi US$ 200 miliar sampai US$ 250 miliar dengan tingkat perkembangan kurang lebih US$ 15 miliar /tahun.

Berdasar riset Nielsen pada 2018, pemasaran keperluan setiap hari oleh ritel keseluruhnya capai Rp 700 triliun. Dari jumlah itu, 72% salah satunya datang dari ritel tradisional seperti warung dan kios.

Disamping itu, UMKM mempunyai wacana dan pengetahuan dalam dan detil secara individual berkenaan sikap customer di daerah seputar. Nipun sampaikan, ini penting untuk usaha.

Tetapi, penyediaan stock produk yang tidak efektif, minimnya akses ke jalan keluar tehnologi, dan ongkos modal kerja yang tinggi menghalangi kekuatan UMKM untuk berkembang. “Usaha mereka yang bertaraf kecil mengakibatkan mereka jadi fragmen paling rawan dalam rantai pemasaran retail,” kata Nipun.

Sekarang ini, Ula menggandeng 20 ribu toko yang sebagian besar berada di Jawa Timur. Ula mengeklaim, keuntungan harian partner naik 15% karena durasi waktu toko membuka jadi lebih lama sesudah tergabung.

Startup itu mengeklaim jika tehnologinya kurang peluang stock barang di toko habis. Harga barang dagangan di-claim lebih bersaing.

Pada tahun kemarin, usaha Ula tumbuh lebih dari 10 kali lipat. Ini karena jumlah partner semakin bertambah di tengah-tengah wabah.

Also Read

Ads - Before Footer