Pemerintah dan Perguruan Tinggi Garap Proyek Laptop Merah Putih

Azza Azzahra

Pemerintah bersama perguruan tinggi tengah mengerjakan proyek pengadaan Laptop Merah Putih. Menurut rencana, Laptop tersebut bakal dipasarkan untuk pasar dalam negeri dan siap berkompetisi dengan produk sejenis.

Ini adalah salah satu usaha Indonesia untuk terus meningkatkan produk-produk dalam negeri. Termasuk Laptop Merah Putih yang disebut ramah untuk teman teman tunanetra, bakal segera rilis di pasar dalam negeri tahun ini juga.

Sekretaris Direktur Jenderal Dikti, Paristiyanti Nurwardani mengatakan, Laptop Merah Putih mempunyai target produksi sebanyak 10.000 unit di tahun ini. Sementara itu, Perangkat elektronik tersebut dibanderol dengan harga Rp. 5 juta per unit.

Laptop Merah Putih atau Laptop Diktiedu menggunakan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) sebanyak 30 persen, yang secara bertahap akan ditinggikan sampai sekitar 65 persen. Jika secara detail, pada tahun 2021 sebanyak 25 sampai 30 %, nanti di 2022 harapannya mencapai 40 % lebih sementara di 2023 ditarget bisa sampai 65 %.

Desain dan software produk dikerjakan oleh 3 perguruan tinggi. Ketiganya adalah, Universitas Gajah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS).

Kemendikbud akan terjun 100 persen pada proyek Laptop Merah Putih.

 

Kemendikbud akan Mulai dari rencana pengadaan atau ide, selanjutnya peta jalan, sampai desain serta implementasi pembuatan bersama anggota konsorsium.

Agar proyek ini bisa berjalan dengan lancar serta bisa diperdagangkan secara masif, pemerintah bakal bekerjasama dengan industri. Harapannya dengan langkah tersebut, Laptop Merah Putih dapat lebih dikenal oleh masyarakat.

Proyek pembuatan laptop Merah Putih adalah proyek lanjutan dari Tablet Diktiedu yang telah dihasilkan tahun lalu. Yang di tahun ini, telah disalurkan pada pelajar di wilayah 3 T yaitu (Terdepan, Terpencil, Tertinggal).

Paristiyanti menambahkan , Konsorsium dibentuk paska ITB berhasil membuat Tablet Diktiedu yang didalamnya mengandung 300 e-Modul untuk 5 prodi di Daerah 3T. Di mana mahasiswa di daerah tersebut tidak terjangkau internet, blank spot dan kurang mampu.

Sedangkan daerah yang sudah mendapat Tablet Diktiedu adalah Maluku Utara, Papua dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Dengan Tablet itu, mahasiswa bisa belajar sacara PJJ. Sekitar 3000 unit tablet sudah didistribusikan ke wilayah tersebut.

Laptop Masih di Dominasi Impor

Sebelumnya, Laptop yang ada di Indonesia kebanyakan adalah produk impor. Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menjelaskan, pada kurun waktu 5 tahu terakhir ini impor produk laptop Indonesia mencapai USD 1 miliar.

Dari jumlah 3 juta unit per tahun, baru 5 persen yang merupakan produk dalam negeri. Atau sekitar 95 persen Laptop yang ada di Indonesia adalah produk impor.

Karena itu, hal ini mnejadi atensi Pemerintah untuk terus mendorong produk Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam negeri berkembang, terlebih bisa memproduksi sendiri. Apalagi, jika produk-produk dalam negeri bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Untuk meningkatkan demand produk TIK dalam negeri, Kemenperin mempunyai rencana substitusi impor sebesar 35 persen pada 2022. Yang mengedepankan salah satu kebijakan, yaitu menerapkan Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN) secara tegas dan konsisten.

Laptop Merah Putih diharap dapat mengurangi ketergantungan akan produk impor, terlebih untuk sektor TIK atau Teknologi Informasi dan Komunikasi. Saat ini pemerintah sedang mengusahakan kemampuan riset dalam negeri guna meningkatkan kandungan TKDN (Tingkat Komnponen Dalam Negeri ) agar bisa memproduksi Laptop Merah Putih Mulai Ide, Desain sampai pengembangannya.

Also Read

Tinggalkan komentar

Ads - Before Footer