Startup Ula berhasil kumpulkan permodalan seri B US$ 87 juta atau sekitaran Rp 1,24 triliun, yang dipegang oleh Prosus Ventures, Tencent, dan B-Capital. Investor yang lain berperan serta yaitu Bezos Expeditions, perusahaan venture capital milik pendiri Amazon “Jeff Bezos”
Disamping itu, ada banyak penanam modal di Asia Tenggara yang berperan serta yaitu investor Gojek, Northstar Grup, AC Ventures, dan Citius. Investor sebelumnya seperti Lightspeed India, Sequoia Capital India, Quona Capital, dan Alter Global juga ikut serta.
Startup e-commerce yang mengincar warung itu disuntik modal oleh SMDV dan Saison Capital. Disamping itu, Ula menggandeng Komisaris Bursa Efek Indonesia (BEI) Pandu Sjahrir sebagai penasihat perusahaan.
Permodalan seri B itu dipublikasikan hanya 8 bulan sesudah seri A US$ 20 juta pada Januari. Startup ini baru memperoleh permodalan awalnya US$ 10,lima juta pada Juni 2020.
Ula merencanakan memakai dana fresh ini untuk tambahan kelompok produk baru, peningkatan service Beli-Sekarang-Bayar-Nanti atau Buy-Now-Pay-Later (BNPL), pembangunan tehnologi baru, infrastruktur logistik, dan rantai suplai lokal.
Startup itu mengarah pemilik warung tradisional, terutama di kota tingkat (tier).
Co-Founder sekalian Chief Commercial Officer Ula Derry Sakti mengemukakan, pemilik warung di daerah itu hadapi masalah akses pada sumber daya dan infrastruktur logistik.
“Kami usaha perkuat kedatangan, perbanyak opsi produk, serta tingkatkan kualitas service di wilayah pedesaan dan yang mempunyai akses terbatas, dengan arah menolong beberapa pemilik warung percepat proses rekondisi perlu karena pandemi.
Dia mengemukakan, pemilik warung dapat beli barang untuk stock, mengawasi tersedianya produk, atau bahkan juga perbanyak pilihan pembayaran. “Ini akan memberi mereka waktu semakin banyak untuk fokus ke hal yang lain lebih bernilai,” kata Derry.
Startup Ula sendiri baru datang 20 bulan di Indonesia, atau bekerja saat wabah corona. Tetapi perusahaan mengeklaim usaha tumbuh 230 kali lipat.
Ula sekarang tawarkan lebih dari 6.000 produk dan menggandeng 70 ribu lebih warung. Ula mempunyai team yang menyebar di tiga negara.
Berdasar situs resmi, Ula sediakan tiga service yaitu:
- Lokapasar business to business (B2B): sediakan produk pada harga yang di-claim bersaing
- Program pemasaran berbasiskan komune
- Titik Ula: tawarkan aktor UMKM atau siapa saja untuk manfaatkan tempat kosong yang dipunyai sebagai titik antar-jemput barang pesanan konsumen setia Ula dan mendapatkan uang tambahan.
Ula memakai data transaksi bisnis warung dan pengetahuan mengenai pasar retail untuk memberi opsi service pay later, yang nilai pasarnya diprediksikan US$ 150 miliar di Indonesia.
Co-Founder yang juga Managing Mitra Northstar Patrick Walujo sampaikan, perusahaan mengenali team Ula bahkan juga saat sebelum bekerja.
Sesudah lebih satu dasawarsa melakukan investasi di Asia Tenggara, kami melihat jika beberapa perusahaan dengan visi sosial yang kuat bisa berkembang dengan cepat sekali,”
Dia memandang kemiripan visi dengan Ula dalam mendayagunakan UMKM di Nusantara lewat tehnologi. “Mengharap bisa memberikan dukungan perkembangannya di Indonesia,” tutur Patrick.
Founder sekaligus Managing Mitra AC Ventures Adrian Li menambah, visi Ula yaitu mendayagunakan 63 juta UMKM di Indonesia dengan tehnologi digital. Dia memandang, ini sebagai salah satunya kesempatan paling besar di Asia Tenggara ingat UMKM berperan lebih dari 60% pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
“UMKM menyangga ekonomi Indonesia. Ula sendiri sediakan penyediaan dan mekanisme operasional yang lebih efektif. Selanjutnya buka akses akan pemenuhan credit yang paling diperlukan untuk meluaskan rasio usaha UMKM,” ucapnya.